Garis – Garis Besar Haluan Organisasi
A. Pendahuluan
Garis – Garis Besar Haluan Organisasi merupakan kerangka Ideologi, Organisasi, Politik, Strategi, dan Taktik yang disingkat IDEOPOLSTRATA. Pergerakan organisasi ini selanjutnya menjadi dasar kesinambungan roda organisasi menuju tujuan JIwa Alam. Dan unutuk mengawal sampai ke gerbang tujuan mestinya dilakukan berbagai proses tahapan yang cerdas, sehingga potensi saat ini menjadi tolok ukur masa mendatang.
Sebagai generasi Massenrempulu, mencintai alam adalah sebuah keharusan dalam rangka membangun daerah ini dengan lebih baik. Sesuai dengan kondisi gegrafis dan kultur Massenrempulu yang berpanorama indah dan memiliki kekayaan mineral, semestinya dijaga dan dikawal kemanfaatannya. Kelak dikemudian hari jika hasrat ini menjadi nyata maka masyarakat Massenrempulupun menjadi damai lestari.
Beberapa hal yang menjadi kelemahan dan hambatan yang mesti segera diatasi dengan segala kekuatan dan peluang. Dan tidak memaksakan diri menjadi frontal hanya karena jiwanya menangis melihat pohon yang tumbang dan limbah pertambangan yang mengeringkan sumber pangan penduduk. Semua itu terjadi oleh karena sebagian manusia menjadi rakus dan serakah. Kenyataan Jiwa Alam sudah dapat membenah diri melalui proses yang berkesinambungan membelah alam realitas menjadi realistis.
B. Tujuan
Tujuan GBHO Jiwa Alam adalah untuk memberikan pemahaman mendalam bagi setiap anggota tentang apa itu pencinta alam, untuk apa dan bagaimana berpencinta alam?. Agar dalam melakukan program – program organisasi dapat mengambil bentuk yang sesungguhnya sesuai dengan tahapan – tahapan yang dirumuskan dalam GBHO.
C. Ideologi
Ideologi sebagai paham ataupun aliran pemikiran bagi setiap organisasi menjadi dasar gerakan ataupun identitas yang membedakannya dengan organisasi lainnya. Secara umum Jiwa Alam mengambil bentuk ideologi pada Kelompok – kelompok pencinta alam yang bersandar pada Pancasila dengan ikatan solidaritas tinggi dalam Kode Etik Pencinta Alam.
Jiwa Alam dengan kajian ideologisnya mendefenisikan Tuhan – Manusia – Alam semesta adalah ikatan tak terpisahkan. Tuhan pada puncaknya sebagai Esensi Pancaran Energi Cahaya Cinta, sementara manusia dan alam semesta termanifestasi secara sempurna. Menafikan realitas ini dipandang sebagai sebuah ketimpangan atau ketidak seimbangan sehingga mestinya manusia sadar akan tanggungjawab selaku pribadi maupun kolektif.
Menghargai dan mengambil manfaat dari kehidupan kultur masyarakat yang sangat menjunjung tinggi kelestarian alam. Disinilah Jiwa Alam wajib mempelajari alam oleh karena “ Alam terkembang menjadi guru “. Dengan semangat bereksistensi dan berdialektis dengan alam Jiwa Alam yang menenteng kerel dan bertopi rimba sebagai ciri khasnya berkeyakinan bahwa “Tuhan bersama orang-orang yang berani”, oleh karena tarikan “sebagian atom yang ada pada dirimu juga ada pada diriku”.
Secara harfiah kata Jiwa Alam adalah akronim dari “ Jelajah Insan Khatulistiwa – Arah Lintas Anak Maspul. Dalam sastra Massenrempulu Jiwa Alam dapat dimaknai sebagai Ampu Padang, yang berarti pemilik, penguasa, tuan, penjaga dari setiap tempat di alam semesta ini. Secara mitologi / gaib setiap benda maupun tempat ada penjaganya.
Dalam hal ini kajian Jiwa dan Alam adalah perpaduan antara Materi dan non Materi. Atau secara filosofis Jiwa dan Alam adalah Materialisme dan Idealisme. Keduanya menunjukkan proses dialektis, dimana ide sebagaii tak terlihat, kemudian dipahami oleh orang – orang mitologi sebagai ampu, jiwa, ruh, penguasa dan sebagainya. Kehadiran manusia dalam cara dan tingkat berfikirnya memandang dengan logika, baik logika mistika maupun logika materialism. Eksitensi manusia disini member tarikan yang sangat kuat memaknai habitatnya dan mendefenisikan dirinya sebagai bagian dari alam dengan Jiwanya bersama alam menjadi Jiwa yang lebih besar. Inilah Jiwa ALam. Ideologi ini kedepaan dapat diperkaya melalui pengkajian-pengkajian.
D. Organisasi
Organisasi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling bekerjasama untuk mencapai tuajuan bersama. Jiwa Alam sebagai organisasi dibentuk sesuai dengan ideologi Pencinta Alam dengan penjabaran karakteristik dan pola berfikir para anggotanya. Organisasi ini kemudian menyusun program-program mendatang secara bertahap sesuai dengan tujuan Jiwa Alam.
Jiwa Alam untuk tetap bertahan melakukan kaderisasi secara periodic. Dalam kaderisasi ini dibuatkan formula yang mampu memberikan melahirkan kader dan generasi pelanjut yang kuat, memiliki kepribadian utuh, dan jiwa kepemimpinan.
Managemen organisasi menjabarkan fungsi planning, organizing, actuating dan controlling (POAC), bagi pengurus sebagai pedoman menjalankan roda organisasi kearah yang lebih professional. Personalia pengurus maupun stock holder lainnya dalam Jiwa Alam mengupayakan dirinya mampu memahami setiap bagian-bagian pekerjaan sebagaimana amanah yang telah diberikan. Disinal tempat belajar membentuk mental hidup, mengorganisir diri sendiri menjadi pribadi yang siap tampil sebagai pemuda bangsa dan daerah yang pencipta dan pengabdi.
Melakukan kaderisasi bukan hanya dalam kegiatan formal seperti basic training pencinta alam (bastrapa). Disisi lain terdapat pembinaan anggota secara non formal dan informal. Pada tingkat pengurus berlaku tanggungjawab satu periode setelahnya.
Para pendiri Jiwa Alam sebagai person – person yang memperkenalkan organisasi ini ditempatkan sebagai penjaga marwah organisasi. Sehingga diberikan kewenangan – kewenangan khusus terutama dalam hal yang sangat strategis. Kewenangan tersebut di format melalui Majelis Pertimbangan Organisasi yang anggotanya adalah pendiri itu sendiri ditambah mantan ketua – ketua formatur pengurus Jiwa Alam.
Pengangkatan Ketua Umum Pengurus JIwa Alam berdasarkan Tingkatan Anggota, dimana calon formatur ketua umum adalah anggota yang memiliki tingkatan keanggotaan tertinggi dalam Jiwa Alam dan disesuaikan dengan urutan anggota. Pada periode-periode awal hal ini tetap dilakukn agar menjaga ketimpangan kinerga pengurus. Namun demikian pada masa mendatang jika kondisi anggota yang sudah meluas dan bercabang dapat dilakukan pemilihan secara demokratis.
E. Politik
Politik adalah kebijakan, dalam hal ini kebijakan atau politik organisasi dimaksudkan untuk mengawal kepentingan organisasi. Politisasi organisasi bersifat kedalam dan keluar. Politik kedalam adalah membentuk kader dan menformulasikan bentuk kader dalam susunan kerangka program – program Jiwa Alam. Sedangkankan politik keluar merupakan langkah strategis untuk mengangkat Jiwa Alam di hadapan Publik sebagai organisasi yang kuat dan siap berinteraksi confidence dengan organisasi / institusi luar.
F. Strategi
Strategi organisasi terangkum dalam penyusunan program dan kebijakan setiap periode. Dengan ini dibuat kerangka strategi secara bertahap mulai dari progam jangka pendek, program jangka menengah dan program jangka panjang. Tahapan tahapan dimaksud sebagai berikut:
1. Program Jangka Pendek
Program jangka pendek diarahkan pada pengenalan-pengenalan keorganisasian dan pencinta alam, dengan masa 3 kali periode kepengurusan.
Tahap I
Bentuk struktur organisasi pada format dasar dimana pengurus secara sederana hanya terdiri dari ketua, sekertaris dan bendahara. Pada tahapan ini kegiatan-kegiatan organisasi adalah kegiatan mounthainering sambil memperkenalkan tata cara laporan pertanggungjawaban. Pendiri seluruhnya berperan bertanggung renteng, gotong royong. Perekrutan anggota baru masih mengandalkan pemateri dan instruktur dari Mapala dari Makassar dan dilakukan secara sederhana. Selain itu perizinan/legalitas organisasi sudah dikantongi pada tahap ini seperti akta notaris, sertifikat terdaftar di kesbang kabupaten dan keterangan tempat sekertariat.
Tahap II
Pada tahap ini susunan pengurus di tambah coordinator mounthainering, wakil ketua, dan dewan pertimbangan organisasi. Keberadaan coordinator mounthainering sebagai bidang yang menangani seluruh kegiatan mounthainering sebagai kegiatan utama pencinta alam dan juga menangani perekrutan anggota baru dan kebijakan kebijakan lain di sekitar monthainering sambil melakukan penyelidikan terhadap pembentukan devisi-devisi baru. Dewan Pertimbangan Organisasi hanyalah sebuah perkenalan tentang fungsi control atas organisasi dan di amanahkan kepada mantan ketua pada periode sebelumnya. Wakil ketua bertugas membantu tugas tugas internal termasuk pemenuhan seluruh buku-buku administrasi. Ketua lebih banyak berperan secara eksternal melakukan komunikasi antar pencinta alam. Bentuk-bentuk rapat pleno tahunan sudah mulai diterapkan yaitu rapat pleno I, II dan III. Perekruran anggota baru sudah memamakai instruktur sendiri dengan pemateri ditambah materi-materi keorganisasian yang dilakukan secara in door dan out door.
Tahap III
Pada Tahap ini susunan pengurus semakin mendekati bentuk yang ideal. Struktur pengurus membentuk dua bidang tambahan yaitu bidang internal dan bidang eksternal. Bidang internal bertugas menangani pendidkan dan pelatihan, Bidang eksternal menangani kegiatan-kegiatan kemitraan dan advokasi social. Setiap bidang terdapat wakil sekertaris yang membantu sekertaris umum. Koordinator Rumah tangga ditempatkan sejajar dengan dengan presidium. Pembentukan 1 devisi baru. Perekrutan anggota dengan tiga tahap (Indoor, outdoor, pengukuhan). Fungsi pengawasan dan control serta legalitas keputusan organisasi di tangan Majelis Pertimbangan organisasi (MPO). MPO diadakan untuk memberikan ruang kepada anggota diluar pendiri untuk lebih berperan, sementara MPO dari para pendiri ditambah mantan ketua/ketua umum lebih banyak memformulasi bentuk organisasi ke arah yang lebih ideal disamping memiliki kewenangan untuk mengesahkan kepengurusan dan TWA.
2. Program Jangka Menengah
Program jangka menengah disusun 3 kali tahapan program jangka pendek
Tahap I
Pada tahap ini ditempuh selama 3 kali peride kepengurusan. Struktur organisasi sudah berada pada gerbang yang ideal, bidang-bidang yang dibutuhkan dalam organisasi sudah lengkap dan dibantu oleh keberadaan departemen departemen sebagai administrator organisasi. Devisi-Devisi pencinta alam seperti Caving, klembing, sudah terbentuk sembari mempersiapan pembentukan arum jeram dan sar . Usaha yang bersifat profit sudah digalakkan pada tahap ini. Seluruh Pendiri pada periode akhir sudah tidak berperan lagi sebagai pengurus. Atribut-atribut organisasi sudah lengkap, seperti logo, pdl, bendera, hymne dan mars. Minimal sekali melakukan kegiatan / iven kabupaten. Kaderisasi ditingkat anggota biasa berjalan berkesinambungan seperti pemateri dan instruktur.
Tahap II
Pada tahap ini Jiwa alam tidaklagi mengalami kekurangan peralatan. Stok instruktur dan pemateri dari anggota sudah siap pakai, terutama dalam rangka membangkitkan kembali KPA-KPA yang sudauh stagnan. Perangkat computer dan ATK sudah lengkap. Anggota mengikuti iven-iven tingkat propinsi.
Tahap III
Persiapan pembentukn cabang-cabang
3. Program Jangka Panjang
Program jangka panjang merupakan program masa depan dengan 3 tahapan Program jangka menengah.
Tahap I
TWA adalah musyawarah utusan cabang. Cabang dengan musyawarah cabang. Pengurus menjadi pengurus besar. Devisi menjadi Lembaga-lembaga. Devisi diarahkan ke cabang. Melaksanakan Intermediate training. Melaksanakan dan mengikuti iven tingkat propinsi
Tahap II
Cabang semakin diperluas per kecamatan. Mempersiapkan organisasi menuju tingkat propinsi. Iven nasional diikuti/dilaksanakan, melalui pembentukan cabang istimewa di kabuaten-kabupaten di sul-sel
Tahap III
Advance training sudah dilaksanakan. Jiwa alam sudah setingkat propinsi.
G. Taktik
Taktik melaksanakan program Jiwa Alam sebagaimana hasil dari mekanisme musyawarah. Instrumen taktik dimulai tahap – tahap penyusunan agenda program kerja, dan pelaksanaan rapat-rapat teknis seperti rapat harian dan rapat pleno. Yang seluruhnya diarahkan pada teknis pelaksanaan strategi.
Sebagai catatan bahwa menjalankan organisasi tidak harus kaku, dan takut salah, yang diharapkan pada dasarnya adalah mobilitas pengurus melakukan komunikasi sesuai dengan agenda-agenda yang telah ditetapkan.
H. Penutup
Demikianlah GBHO ini dibuat dalam rangka mendukung kinerga aparat organisasi agar lebih komprehensip menjalankan tugas – tugas organisasi yang tersusun terencana dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar